Monday, June 22, 2009

Misi 'Berani Mati' Menuju Matahari

Berada 150 juta kilometer dari Bumi, panas Matahari sangat begitu menyengat. Bagaimana rasanya panas Matahari itu jika didekati hingga jarak tujuh juta kilometer saja? Itulah yang kini sedang dirancang Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), menuju Matahari.

Lebih dari 400 tahun, astronom mempelajari perilaku Matahari dari jarak jauh. Sekarang, saat bagi NASA mengamati Matahari langsung ke sumbernya. Buat apa mengamati Matahari dari Bumi kalau memang bisa mendekat, begitulah mungkin yang dipikirkan NASA.

''Kami akan mengunjungi bintang yang bernapas itu untuk kali pertama, langsung ke pusatnya,'' kata ilmuwan NASA, Lika Guhathakurta, pekan lalu. Bagi astronom, Matahari merupakan wilayah yang relatif belum terjamah dibanding anggota tata surya yang lain. Bulan, satelit Bumi, sudah sejak 1969 didarati manusia. Dan, tak terhitung banyaknya didarati misi tak berawak.

Terakhir, wahana antariksa tak berawak milik NASA, Phoenix, mendarat di kutub utara Mars, 25 Mei 2008. Wahana itu akan memulai tiga bulan masa penelitian terhadap planet terdekat dengan Bumi itu.

Seolah ingin mengulang kesuksesan Phoenix, wahana antariksa tak berawak yang diberi nama Solar Probe+ (baca Solar Probe Plus) akan diluncurkan. Misinya tak tanggung-tanggung, menyentuh atmosfer Matahari. Sebuah misi 'berani mati', sekali datang, tak akan kembali.

Bagaimana bisa pesawat mendarat di Matahari? Apakah materialnya tidak menyusut diisap panasnya sang bintang? Tampaknya, semua pertanyaan itu sudah disiapkan jawabannya oleh NASA.

Karena diskenariokan nyemplung ke dalam atmosfer Matahari --di mana jilatan angin Matahari (solar wind) dan badai magnet bakal mengancam-- pesawat Solar Probe+ yang merupakan pengembangan dari wahana sebelumnya, Solar Probe, akan didesain tahan panas.

NASA akan menyiapkan material pesawat yang bisa bertahan terhadap panas hingga jarak tertentu dari Matahari. Memang, persiapannya tidak ujug-ujug.

Adalah John Hopkins' Applied Physics Lab (APL) yang menyiapkan rancangan pesawat tersebut. APL punya riset pendahuluan atas kebutuhan pesawat model yang didesain tahan panas Matahari.

Pada Januari 2008, pesawat APL bernama MESSENGER telah menyelesaikan misinya mengitari Merkurius, planet terdekat dengan Matahari. Berkaca dari MESSENGER, Solar Probe+ pun akan dibentengi dengan teknologi tahan panas serupa. Untuk diketahui, siang hari di sana panasnya 467 derajat Celcius.

Solar Probe+ akan dijaga supaya jarak maksimal terdekatnya tujuh juta km dari Matahari atau sembilan kali radius Matahari. Matahari akan terlihat 23 kali lebih lebar dibanding dipandang dari Bumi.

Di ketinggian itu, material pesawat harus tahan panas lebih dari 1.400 derajat Celcius. Tak hanya itu, pesawat juga mesti kebal terpaan radiasi pada tingkatan yang belum pernah dibuat sebelumnya. ''Kami punya banyak pekerjaan yang harus dipikirkan. Kendati demikian, ini sangat menyenangkan,'' kata Guhathakurta.

Diharapkan, pesawat sudah dapat diluncurkan pada 2015. Misi pesawat ditargetkan berakhir tujuh tahun kemudian, dengan sasaran memecahkan dua misteri besar astrofisika serta menemukan hal-hal baru sepanjang perjalanan.

Dua misteri itu, pertama, mengetahui suhu korona Matahari. Korona merupakan lapisan terluar atmosfer Matahari. Paling dalam disebut fotosfer, berikutnya kromosfer.

Bila termometer ditaruh di permukaan Matahari, jarum penunjuk akan mengarah ke 6.000 derajat Celcius. Anehnya, makin keluar, suhu lapisan atmosfer bertambah panas.

Sejauh ini, suhu korona diperkirakan mencapai satu juta derajat Celcius, lebih panas ratusan kali daripada suhu di lapisan dalam atmosfer Matahari. Tingginya temperatur ini menyisakan misteri selama 60 tahun terakhir. Misteri kedua, angin Matahari (solar wind). Ledakan akibat reaksi berantai di pusat Matahari, mengakibatkan terlontarnya partikel bermuatan dengan kecepatan jutaan meter per detik (mph).

Partikel ini terlontar hingga dirasakan planet-planet, asteroid, dan komet. Perhatikan, ekor komet terbentuk karena adanya angin Matahari itu. Yang menarik perhatian, bagaimana angin itu terbentuk hingga dapat mementalkan partikel menuju ke seluruh sistem tata surya?

''Untuk menyingkap misteri ini, Solar Probe+ benar-benar akan memasuki korona. Tempat di mana aksi itu terjadi,'' kata Guhathakurta. Guna membuka tabir itu, sejumlah peralatan turut dibawa serta. Semisal, magnetometer, sensor gelombang plasma, pendeteksi debu angkasa, penganalisis elektron dan ion, serta hemispheric imager (HI). ''Perlengkapan itu akan membantu mengurai fisik pemanasan korona dan kecepatan solar wind.''

Sementara itu, HI merupakan teleskop yang dipakai untuk membuat gambaran tiga dimensi korona. Tekniknya dikenal dengan coronal tomography.

Diluncurkan pada Mei 2015, Solar Probe+ akan memulai misi utamanya ketika akhir solar cycle24 dan selesai ketika maksimum solar cycle25 pada 2022. Solar cycle adalah aktivitas maksimum-minimum energi Matahari dengan rata-rata kejadian 11 tahun sekali.

Efek solar cycle bisa dilihat pada lapisan kambium pohon yang bisa menjadi parameter usia tanaman. Solar Probe+ juga akan meneliti sejumlah badai Matahari di akhir misinya. Solar energetic particle yang menjadi ancaman bagi kesehatan dan keamanan astronot juga akan diselidiki Solar Probe+.

Sebelum mencapai korona, Solar Probe+ akan dilempar dengan menggunakan gaya gravitasi planet Venus. Pesawat tak berawak ini akan mengitari Venus tujuh kali dalam enam tahun untuk mendapatkan gaya lempar, sehingga mendekat ke atmosfer Matahari.

Bayangkan permainan lempar cakram. Sang atlet akan berputar untuk memperoleh gaya lontar maksimal. Di Venus, kendati bukan misi primer, astronom akan mempelajari hal-hal baru dari planet tersebut ketika sebuah alat dilemparkan menggunakan efek gravitasi Venus. ''Solar Probe+ adalah misi eksplorasi luar biasa, penemuan, dan pemahaman. Kami tak sabar menunggu untuk segera memulainya,'' kata Guhathakurta./has

sumber : http://www.republika.co.id/berita/64/Misi_Berani_Mati_Menuju_Matahari

edisi : Kamis, 10 Juli 2008

Saturday, June 20, 2009

Mengubah Paradigma Guru dalam Pembelajaran IPS

KURIKULUM 2006 Mata Pelajaran IPS di jenjang SMP secara legal formal ditetapkan dengan menggunakan model pembelajaran IPS Terpadu. Pengertian terpadu bukan semata-mata sudah tidak muncul lagi Sub Mata Pelajaran Sejarah, Geografi dan Ekonomi, namun program pembelajarannya harus disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun sosial dengan memadukan kompetansi dasar yang ada.

Permasalahan yang muncul adalah Kompetensai Dasar (KD) dalam Kurikulum Mata Pelajaran IPS belum terstruktur secara terpadu. Walaupun Sub Mata Pelajaran sudah tidak dikenal lagi, namun KD-KD dalam standar isi tersebut masih menunjukkan secara eksplisit substansi dari masing-masing sub mata pelajaran. Dampaknya dalam mengajar guru cenderung mengikuti kurikulum berdasarkan urutan yang ada. Bahkan masih sering ditemukan guru yang mengajar IPS Ekonomi, IPS Sejarah atau IPS Geografi secara terpisah-pisah.

Model IPS Terpadu
Ada tiga model pembelajaran IPS terpadu. Pertama, model integrasi berdasarkan topik. Caranya dengan memilih atau menetapkan topik tertentu, dan topik tersebut ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS, misalnya topik flu burung. Persebaran wabah flu burung dan karakteristik fisis-geografis daerah terjangkit dikaji melalui disiplin Ilmu Geografi, dampaknya terhadap kegiatan perekonomian masyarakat ditinjau dengan disiplin Ilmu Ekonomi. Analisis proses awal masuknya flu burung di Indonesia dapat dikaji dengan disiplin Ilmu Sejarah, sedangkan bagaimana reaksi masyarakat yang mengahadapi wabah flu burung dan bagaimana partisipasi yang diberikan dalam upaya penanggulangannya dapat dikaji dengan disiplin Ilmu Sosiologi.
Kedua, model integrasi berdasarkan potensi utama. Dipilih tema yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat. Misalnya Ungaran sebagai kawasan industri. Faktor alam apa yang menunjang pengembangan industri di Ungaran dianalisis dengan disiplin Ilmu Geografi. Bagaimana dukungan/kebijakan pemerintah daerah dikaji dengan Ilmu Politik, seberapa besar ketersediaan tenaga kerja dan efek perekonomian yang muncul dilihat dengan kacamata Ekonomi. Sedangkan bagaimana kemungkinan dampaknya terhadap kehidupan sosial-budaya dianalisis dengan disiplin Ilmu Sosiologi-Antropologi.
Ketiga, model integrasi berdasarkan masalah. Banyak sekali dijumpai permasalahan lingkungan dan sosial di sekitar anak. Jika permasalahan tersebut diangkat menjadi tema dalam pembelajaran di kelas sangat menarik dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap masalah tersebut, misalnya pornografi. Apa faktor sosial-budaya yang mendorong maraknya pornografi tentu dapat dikaji dengan bantuan disiplin Ilmu Sosiologi-Antropologi. Sampai di mana saja persebaran masalah tersebut, kapan masalah tersebut mulai muncul dan bagaimana perkembangannya, apa dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi, dan apa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan disiplin ilmu sosial yang sesuai.
Pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu sosial. Di sekolah, guru yang tersedia umumnya merupakan guru dengan disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Hal ini tentunya mengundang masalah bagi guru untuk beradaptasi dalam pengintegrasian disiplin ilmu sosial tersebut. Solusi yang dapat diberikan adalah mengajar dengan Team Teaching yaitu dua-tiga orang guru mengajar secara bersama-sama di dalam kelas. Setiap guru memiliki tugas sesuai dengan keahlian dan kesepakatan team.
Pembelajaran IPS Terpadu bagi siswa memberikan peluang untuk pengembangan kreativitasnya. Model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik, asosiatif serta eksploratif dan elaboratif. Dengan mengupas permasalahan sosial yang ada di lingkungan siswa akan mempermudah dan memotivasi untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang dikehendaki oleh kurikulum.

Pardigma Sosial Studi
Dalam IPS Terpadu tersurat adanya perubahan paradigma dari Ilmu Sosial (Social Sciences) menjadi Studi Sosial (Social Study). Ilmu-ilmu Sosial (Sosiologi, Antropogi, Ekonomi, Politik, dll) lebih menekankan konsep dan teori yang abstrak dan rumit sehingga kemampuan anak di jenjang pendidikan dasar (SMP) belum cukup untuk menyerap dan memahaminya. Sedangkan studi sosial merupakan bidang pelajaran mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Studi sosial lebih bersifat praktis, tidak menyajikan materi yang terlalu abstrak dan teoritis tetapi lebih bersifat terapan. Studi sosial lebih menitikberatkan pada bahan-bahan pelajaran yang langsung menyangkut kepentingan siswa dalam rangka proses belajar mengajar guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan
Guru harus bisa mengikuti perubahan paradigma ini, sebab perubahan ini memberikan ruang untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengajar. Guru tidak harus tunduk pada urutan KD dalam kurikulum. Ia dapat menetapkan topik atau permasalahan tertentu dan mengambil KD-KD yang dibutuhkan untuk disajikan di dalam pendekatan pembelajaran kooperatif. Guru dapat mengambil topik permasalahan yang sedang aktual misalnya naiknya harga-harga, golput, sampah, pornografi dan sebagainya. Upaya yang harus dilakukan guru IPS memang tidak mudah. Tetapi percayalah, hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru, melainkan karena masih ragu mencoba dan belum terbiasa melakukannya. Selamat mencoba ! (*)

*Oleh :
Sarbun Hadi Sugiarto
Guru SMA 1 Salatiga
Jalan Progo 26, Sidomulyo, Ungaran Timur
sumber (www.radarsemarang.com)/edisi 4 september 2008

Monday, April 20, 2009

bingung mesti mulai nulis dari mana...?

Bingung mau nulis tapi mulai darimana ya...itulah yang pertama kali terbayang, ketika ingin menulis sesuatu. Padahal ide-ide dalam kepala sudah berteriak ingin dikeluarkan, mungkin inilah kelamahan sebagian dari kita yaitu tidak terbiasanya menulis dari kecil. Mungkin seharusnya pembelajaran menulis ini sudah dimulai dari usia dini, bisa dimulai dari menulis di buku catatan atau kata anak gaulnya nulis di diary.
pembiasaan menulis ini sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja untuk mahasiswa hal ini sangat berguna ketika akan mengerjakan tugas-tugas. Karena disadari atau tidak ternyata banyak dari teman-teman mahasiswa yang malah kebingungan bagaimana mau nulis suatu tugas, yang ujung-ujungnya malah lihat contoh dari hasil tulisan yang sudah ada. Coba kalau sudah terbiasa hal itu tidak perlu terjadi...terlebih lagi ketika dihadapkan pada penulisan-penulisan karya ilmiah...wah yang ada malah kelabakan nyari sumber atau contoh penulisan..kalau sekedar untuk melihat sistematika sih masih oke. Nah yang repot malah sistematika udah bener eh ternyata susunan katanya malah sedikit amburadul...
mungkin sekaranglah saatnya kita mulai belajar menulis...ayo kita sama-sama belajar...belajar membiasakan menulis yang efektif.